Senin, 07 Juli 2008

Nilai etika dan astetika dalam berbudaya, termasuk ke dalam nilai-niai pendidikan

nilai etika dan estetika dalam berbudaya,termasuk ke dalam nilai-nilai pendidikan.


Print E-mail
Proses Pendidikan dalam Ranah Pendidikan Nilai

GAMBARAN tentang orang Indonesia yang ramah, berbudaya, dan berbudi pekerti luhur telah memudar. Kesan yang muncul adalah kekerasan, dan tindakan tidak manusiawi terjadi hampir di seluruh pelosok negeri dan berlangsung dalam waktu yang lama. Tudingan ini lebih tertuju pada kegagalan pendidikan nilai yang dibina pada tiap lembaga pendidikan. Bahkan dengan tegas Timo Teweng (Bali Post, 13/9/2005) mengklaim, merebaknya gejala seperti ini akibat kegagalan dalam menumbuhkan pendidikan nilai.


Pendidikan sebagai proses alih nilai mempunyai tiga sasaran. Pertama, pendidikan bertujuan untuk membentuk manusia yang mempunyai keseimbangan antara kemampuan kognitif dan psikomotrik di satu pihak serta kemampuan afektif di pihak lain. Dalam hal ini dapat diartikan, pendidikan menghasilkan manusia yang berkepribadian, tetap menjunjung tinggi nilai-nilai budaya yang luhur, serta mempunyai wawasan dan sikap kebangsaan dan menjaga serta memupuk jati dirinya. Dalam hal ini proses alih nilai dalam rangka proses pembudayaan.

Kedua, dalam sistem nilai yang dialihkan juga termasuk nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan, yang terpancar pada ketundukan manusia Indonesia untuk melaksanakan ibadah menurut keyakinan dan kepercayaan masing-masing, berakhlaq mulia, serta senantiasa menjaga harmoni hubungan dengan Tuhan, dengan sesama manusia dan dengan alam sekitarnya. Dalam kaitan ini konsep Tri Hita Karana dikumandangkan. Implementasi alih nilai dalam proses merupakan proses pembinaan imtaq.

Ketiga, dalam alih nilai juga dapat ditransformasikan tata nilai yang mendukung proses industrialisasi dan penerapan teknologi, seperti penghargaan atas waktu, etos kerja tinggi, disiplin, kemandirian, kewirausahaan dan sebagainya. Dalam hal ini, proses alih nilai merupakan proses pembinaan iptek.

Menyikapi secara kritis begitu pentingnya menumbuhkembangkan pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti perlu dikembangkan atau diperkokoh tidak lain karena merupakan konsukuensi logis dari keberadaan (eksistensi) serta hakikat manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk berbudaya. Sebagai makhluk sosial dan makhluk yang berbudaya, manusia berada pada jaringan interaksi interdependensi dengan sesama manusia yang diatur dalam pola-pola jaringan norma yang dijabarkan dari nilai yang hidup serta beroperasi di satu kelompok masyarakat. Sistem pendidikan harus berpedoman pada seperangkat aturan dan pengaturan, yang memang dirancang demi pendekatan sistemik dan bukan untuk disiasati melalui pendekatan perseorangan.

Pendidikan budi pekerti tidak bisa lepas dari sistem nilai yang dimiliki oleh masyarakat serta proses internalisasi nilai untuk melestarikan sistem nilai tersebut. Proses internalisasi nilai itu sendiri tidak lain dari salah satu aspek dari substansi proses pendidikan dalam arti luas. Dengan demikian pendidikan budi pekerti terkait dengan proses pendidikan baik yang berlangsung di keluarga (bagian dari isi pola asuh), di masyarakat (bagian dari interaksi sosial), maupun di sekolah (bagian dari proses pendidikan formal). Atas dasar ini pendidikan budi pekerti menumbuhkan sikap serta perilaku sehari-hari yang mencerminkan sistem nilai yang hidup di suatu masyarakat. Dengan demikian pengembangan pendidikan budi pekerti juga merupakan pengembangan budaya dan nilai-nilai luhur budaya bangsa.

Uraian singkat di atas, memberikan gambaran dalam pendidikan keluarga dan masyarakat, proses interaksi peserta didik yang menyangkut nilai tambah keyakinan, sikap, budi pekerti dan perilaku berlangsung secara lebih intensif, terutama dalam proses pembudayaan dan pembinaan imtaq. Hal ini dimungkinkan karena dalam kedua lingkungan pendidikan tersebut, proses alih nilai dapat berlangsung lebih intensif dengan adanya proses pembiasaan dan peneladanan (percontohan). Pembinaan sikap dan perilaku dialami peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat. Sementara percontohan dapat dilihat langsung dari sikap dan perilaku orang tua maupun tokoh masyarakat (formal maupun non formal).

Pembinaan imtaq dan pembudayaan pada dasarnya meliputi pembinaan terhadap keyakinan, sikap, perilaku dan budi pekerti dan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Kesemua aspek tersebut dapat berkembang apabila ada pemahaman dan wawasan keagamaan dan budaya yang diperoleh dari proses alih pengetahuan, serta internalisasi nilai-nilai keagamaan dan budaya yang diperoleh dari proses alih nilai. Dalam lingkungan keluarga dan masyarakat proses alih nilai berlangsung secara lebih berkesinambungan sehingga interaksi berlangsung secara lebih efektif dibandingkan yang terjadi di dalam kelas. Di samping faktor pembiasaan dan peneladanan di atas, pembinaan imtaq dan pembudayaan dalam keluarga juga akan lebih berhasil karena adanya penghayatan terhadap nilai-nilai agama yang melahirkan keyakinan, sikap, perilaku dan budi pakerti dan akhlak seperti di atas.

Dalam pembinaan budi pekerti di sekolah, sering ditemukan dua model pendekatan dalam penanaman nilai-nilai imtaq dan pembudayaan. Pertama, pendekatan struktur-kuantitatif, pendekatan yang menitikberatkan pada satuan subjek dan jam belajar. Kedua, pendekatan fungsional kualitatif, yaitu pendekatan menitikberatkan pada substansi kegiatan belajar mengajar sebagai wahana proses alih nilai (Praktiknya, 1997: 6). Pendekatan pertama biasanya mengusulkan adanya mata pelajaran khusus dan jam pelajaran memadai, sementara pendekatan yang kedua lebih pada intensitas pendidikan nilai (budi pekerti, agama, lingkungan, wawasan kebangsaan, dan sebagainya) pada setiap mata pelajaran yang ada secara integrative dan proporsional.

Terlepas dari kontroversi kedua pendekatan tersebut, untuk konteks pendidikan dasar dan menengah yang jumlah subyek dan jam belajarnya yang sudah padat, maka pendekatan kedua lebih cocok untuk kita upayakan dalam rangka validasi pendidikan budi pekerti dalam wahana sekolah.

Selain itu, pelaksanaan pendidikan nilai di sekolah, sekolah perlu situasi pendidikan dan kegiatan-kegiatan yang terprogram yang membawa pendidikan nilai yang mengandung nilai-nilai luhur budaya bangsa. Menciptakan situasi sekolah yang memungkinkan bagi siswa untuk menyaksikan dengan mata kepala sendiri, mengetahui dengan pengertian yang benar, serta mengalami sendiri bagaimana nilai-nilai itu dihayati dan direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Mampukah pendidikan budi pekerti menjembatani penanaman pendidikan nilai? Walaupun pendidikan budi pekerti sudah diajarkan di sekolah dan di lembaga pendidikan lainnya, pelajaran pendidikan budi pekerti ditempatkan sebagai wahana pembelajaran kognitif akan nilai-nilai. Pelajaran budi pekerti tidak dapat semata mata diandalkan untuk pendidikan nilai. Paul Suparno, SJ, pakar pendidikan dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta mengusulkan, sebaiknya pelajaran budi pekerti dikelola oleh guru yang mempunyai kompetensi, sehingga dalam kadar tertentu hasilnya dapat menyentuh ke aspek psikososial dan penalaran moral. Timo Teweng dalam pandangannya di harian ini, merasa pesimis akan penanaman pendidikan nilai pendidikan nilai akan terasa hambar, jika beberapa perilaku kita masih sangat bertentangan dengan nilai-nilai moral.

sumber :

http://www.parisada.org


Minggu, 29 Juni 2008

siswa yang mempunyai kasus di sekolah

Senin, 21 Nopember 2005
PR


Berita Pesta Seks di Sekolah Resahkan Dunia Pendidikan
Tempat Penjualan VCD Banyak Didatangi Warga yang Penasaran

CIANJUR, (PR).-
Dunia pendidikan di Kota Cianjur resah dan merasa risih, menyusul munculnya
pemberitaan di dua surat kabar terbitan Bandung dan Jakarta mengenai pesta
seks yang dilakukan oleh 11 orang siswa sebuah SMUN Negeri ternama di Kota
Cianjur. Hebatnya lagi, dalam beritanya disebutkan kalau pesta seks tersebut
dilakukan dalam kelas yang melibatkan seorang oknum guru dan direkam dengan
menggunakan kamera handphone dan saat ini beredar dalam bentuk VCD.

Menyusul munculnya berita yang menghebohkan tersebut, beberapa tempat
penjualan VCD dan tempat penjualan handphone di Kota Cianjur didatangi warga
yang merasa penasaran ingin melihat dan membeli VCD atau mentransfer gambar
tindakan mesum belasan oknum pelajar SLTA dan seorang guru tersebut.

"Hari ini saja, ada lebih dari lima belas orang pembeli yang datang untuk
menanyakan VCD yang berisi pesta seks dalam kelas yang dilakukan 11 orang
siswa SLTA Cianjur. Tapi, sampai saat ini saya sendiri tidak pernah
melihatnya sehingga mereka kembali lagi," ujar Iwan seorang pedagang VCD di
Jalan Raya Mangunsaro Cianjur yang ditemui, Minggu (20/11).

Saat "PR" mencoba menelusuri kebenaran berita pesta seks tersebut kepada
pihak sekolah tempat ke -11 siswa tersebut berasal, salah seorang guru di
sekolah tersebut yang juga menjadi narasumber dalam pemberitaan di dua media
yaitu Ella Lailasari, membenarkan belum lama ini pihak sekolah telah meminta
11 murid yang terdiri dari 8 siswi dan 3 siswa untuk pindah sekolah dan
seorang guru yang dikenakan sanksi administrasi.

Namun menurut Ella, tidak semua berita yang ada dalam pemberitaan di dua
media yang masih satu grup dengan sebuah media terbesar di Indonesa tersebut
benar, bahkan ada bagian cerita yang dinilai Ella mengada-ngada dan dibumbui
cerita bohong.

"Memang belum lama ini ada 11 siswa yang keluar dari sekolah dan satu guru
yang dikenakan sanksi, tapi kesalahan mereka beragam dan sama sekali tidak
terlibat dalam sebuah pesta seks yang dilakukan di ruangan kelas seperti
yang ada di pemberitaan," ujar Ella saat ditemui di rumahnya di Kompleks
Perumahan Griya Maleber Indah Cianjur, Minggu (20/11).

Menurut Ella, dari 11 siswa yang pindah tersebut ada 3 orang siswa (dua
siswi dan satu siswa) yang mengakui melakukan perbuatan mesum yaitu dengan
berciuman dan melakukan oral seks di dalam ruang kelas. Sedangkan delapan
siswa dan siswi lainnya, menurut Ella tidak ikut dalam melakukan perbuatan
tidak senonoh dalam ruang kelas, tapi mereka sebagian melakukan perbuatan
indisipliner seperti merokok dan tidak masuk sekolah. Mengenai adanya,
dugaan mereka melakukan perbuatan mesum di luar sekolah dengan menjual diri
mereka pada laki-laki hidung belang, menurut Ella itu baru sebatas dugaan
dan diperkuat oleh pengakuan para siswi tersebut saat dimintai keterangan.

"Jadi tidak ada pesta seks yang dilakukan dalam kelas oleh 11 siswa dan
seorang guru, itu berita yang sama sekali tidak benar dan mengada-ada,"
katanya.

Ella juga mengungkapkan, awalnya sekira bulan Oktober lalu pihaknya mendapat
pengaduan mengenai adanya perbuatan mesum yang dilakukan tiga orang siswa
yang terdiri dari 2 siswi dan 1 orang siswa dalam ruangan kelas.
Menindaklanjuti laporan tersebut, Ella kemudian memanggil Yn (siswa kelas 2)
yang terlibat dalam perbuatan mesum tersebut. Selain melakukan tindakan
mesum, Yn juga diketahui berulang kali melakukan pelanggaran serius seperti
merokok dan tidak masuk sekolah.

"Untuk tindakan merokok kami beri nilai 50 dan untuk perbutan mesum kami
beri nilai 300, jika ada siswa yang nilai pelanggarannya lebih dari 300 maka
kami akan beri sanksi berat dengan mengembalikan mereka kepada orang
tuanya," papar Ella.

Dalam proses pemeriksaan, Yn mengakui melakukan pelanggaran berat dan siap
menerima sanksi bahkan siap untuk pindah sekolah. Namun dalam pemeriksaan
tersebut, Yn mengaku kalau pelanggaran yang dilakukan oleh dirinya juga
dilakukan oleh siswa lain. Bahkan, dalam pengakuannya Yn juga menyebutkan
selain melanggar aturan, ada rekannya sesama pelajar di sekolah yang sama
yang biasa menjual diri kepada laki-laki hidung belang.

"Kesebelas nama siswa yang berbuat pelanggaran berat itu muncul dari
pengakuan salah seorang siswa, dan sebagai seorang pengajar saya merasa
prihatin dan merasa perlu untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Dan dari
pemeriksaan terhadap beberapa siswi, sebagian dari mereka ada yang mengakui
dan membenarkannya," katanya.

Saat disinggung keterlibatan oknum guru yang disebut-sebut terlibat dalam
klip adegan oral yang direkam dengan menggunakan ponsel, Ella membantahnya
dengan keras bahkan ia bersumpah tidak pernah menyebutkan hal tersebut.

"Saya tidak pernah mengatakan ada guru yang terlibat dalam perbuatan mesum
di kelas. Kalaupun ada, guru tersebut diduga mengetahui ada siswa yang
melakukan pelanggaran tapi tidak mengambil tindakan. Dan itupun baru dari
pengakuan beberapa orang siswa yang melanggar. Yang pasti, malam tadi saya
ditelefon seseorang yang mengaku wartawan dari media Jakarta dan menanyakan
soal 11 orang siswi yang melakukan pesta seks. Tapi saya membantah kabar
itu, dan entah bagaimana ceritanya tiba-tiba yang muncul di koran itu cerita
yang berbeda," kata Ella.

Sementara itu dari informasi yang diperoleh "PR", kesebelas siswa SLTA
ternama di Cianjur yang diduga melakukan pelanggaran dan sebagian melakukan
tindakan amoral tersebut adalah, Ryn siswa kelas 2, Tm siswa kelas 3, Dk
siswa kelas 2, Yn siswi kelas 2, Cn siswi kelas 2, Im siswi kelas 3, Yln
siswi kelas 2, Amy siswi kelas 1, Dt siswi kelas 2, Wd siswi kelas 3, dan
Shr siswi kelas 2. Sedangkan oknum guru yang diketahui mengetahui
pelanggaran yang dilakukan siswa tersebut adalah oknum Dd.

Terungkapnya perbuatan mesum yang dilakukan sejumlah siswa SLTA ternama di
Kota Cianjur tersebut, berawal ketika dua orang siswa, diduga melakukan
perbuatan mesum di dalam kelas. Kedua siswa dan siswi tersebut yang
belakangan diketahui bernama Yn dan Dk, diduga melakukan perbutan mesum
dengan berciuman dan melakukan oral seks dalam ruang kelas. Ada informasi,
adegan mesum yang mereka lakukan sempat direkam dengan menggunakan kamera
handphone.

Rekaman mesum kedua pelajar SLTA inilah yang kemudian ramai menjadi bahan
pergunjingan di kalangan pelajar. Hal ini pula yang diduga menjadi awal dari
terungkapnya kasus amoral di kalangan pelajar sebuah sekolah ternama di Kota
Cianjur tersebut. Pasalnya, tindakan mesum mereka ini tercium oleh beberapa
orang guru yang kemudian memanggil dan meminta keterangan mereka. Dari mulut
merekalah akhirnya muncul sembilan nama siswa lainnya yang diduga melakukan
sejumlah pelanggaran disiplin, seks bebas dan penyalahgunaan narkoba. Bahkan
di antara mereka di-kabarkan ada yang mempunyai profesi menjadi pemuas seks
laki-laki hidung belang. (A-104)***
.."